Rabu, 27 Januari 2010

Sejarah gerakan Pentakosta dan karismatik di Indonesia

Sejarah gerakan Pentakosta dan karismatik di Indonesia

Oleh David DS Lumoindong

Gerakan Pentakosta telah tersebar diberbagai penjuru dunia dalam jangka waktu hanya 100 tahun. Istilah gerakan pelayanan Karismatik mulai muncul tahun 1960 an tapi kini hanya dalam waktu 40an tahun telah menyebar keberbagai penjuru dunia.

Gerakan Pentakosta juga menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang pertama-tama mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyhuran Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: [Kami mengundang] semua orang - apapun juga alirannya ... yang merasa terasing di dalam keyakinan kesuciannya agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan Pentakosta oleh Roh Kudus

Pentakostalisme modern sesungguhnya dimulai sekitar tahun 1901. Pada umumnya gerakan ini diakui berasal pada waktu Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh (glossolalia) pada suatu persekutuan doa di Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas, tahun 1901. Parham, seorang pendeta yang berlatar belakang Metodis, merumuskan ajaran bahwa bahasa roh adalah "bukti alkitabiah" dari baptisan Roh Kudus.

Gerakan Pentakosta muncul di Eropah tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar) mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda seseorang telah menerima baptisan Roh.

Parham meninggalkan Topeka dan memulai pelayanan kebangunan rohani yang membawanya kepada Kebangunan Rohani Azusa Street melalui William J. Seymour yang menjadi muridnya di sekolahnya di Houston. Seymour, karena ia seorang kulit hitam, saat itu hanya diizinkan duduk di luar kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliahnya.

Gerakan ini meluas yang dimulai dari Kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9 April 1906 di rumah Edward Lee di Los Angeles. Ia menggambarkan pengalamannya dipenuhi oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, koran Los Angeles Times memberitakan gerakan ini pada halaman mukanya. Pada minggu ketiga April 1906, gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah gedung African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan mulai diorganisir sebagai Misi Iman Kerasulan Apostolic Faith Mission.

Dasa warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian-kebaktian antar-ras, "... Orang-orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak keagamaan,..." demikian laporan sebuah koran setempat. Hal ini berlangsung hingga 1924, ketika gereja ini terpecah mengikuti garis ras (lih. Apostolic Faith Mission). Namun demikian, ibadah-ibadah antar-ras berlanjut selama bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah selatan A.S. yang tersegregasi. Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara terbentuk pada 1948, organisasi itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi Pentakostal kulit putih Amerika. Karena itu United Pentecostal Church tidak bergabung dan kebijakan antar-rasnya bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada 1994, gereja-gereja Pentakostal yang tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka dan mengusulkan penyatuan kembali secara resmi kelompok-kelompok Gereja Pentakostal hitam dan putih, dalam sebuah pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis. Penyatuan ini terjadi terjadi pada 1998, juga di Memphis, Tennessee. Penyatuan gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan Persekutuan Pentakostal Amerika Utara ditata ulang menjadi Gereja-gereja Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentecostal/Charismatic Churches of North America).

Pada awal abad XX, Albert Benjamin Simpson sangat terlibat dengan gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para pendeta dan misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang didirikan oleh Simpson. Karena itu, Simpson dan C&MA (sebuah gerakan penginjilan yang didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap Pentakostalisme, khususnya gereja-gereja Sidang Jemaat Allah dan Foursquare Church. Pengarh ini mencakup penekanan pada penginjilan, doktrin C&MA, nyanyian-nyanyian dan buku-buku karya Simpson, dan penggunaan istilah 'Tabernakel Injil' yang berkembang menjadi gereja-gereja Pentakostal yang dikenal sebagai 'Tabernakel Injil Sepenuh'.

Gerakan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di seluruh dunia, antara lain: kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara ?spontan?, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan anggapan bahwa dalam lingkungan jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda orang percaya.

Sejak akhir tahun 1950-an, gerakan Karismatik, yang sebagian besar diilhami dan dipengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang di kalangan denominasi-denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan Gereja Katolik Roma. Berbeda dengan "Pentakosta Klasik" yang melulu membentuk gereja-gereja ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan, "Berkembang di manapun Allah menempatkanmu."

Di Inggris, gereja Pentakostal pertama yang dibentuk adalah Apostolic Church (Gereja Kerasulan), yang kemudian diikuti oleh Elim Church (Gereja Elim).

Di Swedia, gereja Pentakostal yang pertama adalah Filadelfiaförsamlingen (Persekutuan Filadelfia) di Stockholm. Gereja yang dipimpin oleh Lewi Pethrus ini mulanya adalah sebuah Gereja Baptis, yang kemudian dikeluarkan dari Gabungan Baptis Swedia pada 1913 karena perbedaan-perbedaan doktrin. Saat ini gereja ini mempunyai sekitar 7000 anggota, yang merupakan jemaat Pentakostal terbesar di Eropa utara. Pada tahun 2005, gerakan Pentakostal Swedia mempunyai sekitar 90.000 anggota dengan hampir 500 gereja. Gereja-gereja ini semuanya independen namun mereka melakukan banyak kerja sama. Kaum Pentakostal Swedia sangat aktif dalam melakukan misi dan mendirikan gereja di banyak negara. Di Brazilia, misalnya, gereja-gereja yang didirikan oleh misi Pentakostal Swedia mengaku mempunyai beberapa juta anggota.

Sejarah Pentakostalisme di Australia dicatat dalam buku "Heart of Fire" oleh Dr. Barry Chant (1984, Adelaide: Tabor).

Sejarah Pentakostalisme di Indonesia dimulai lebih terkordinir dengan berdirinya De Pinkstergemeente in nederlandsch indie dicatat dalam buku Sejarah Gerekan "Pentakosta dan Karismatik di Indonesia" oleh David DS Lumoindong. Pada awalnya dengan pelayanan missi dari Weenink Van Loon bersama Johanes Thiessen, John Bernard dari Liverpool, Inggris. Weenink Van Loon Hoofd On-derwyzer (Kepala Sekolah), mereka dari satu persekutuan yang bernama ‚’’De Bond Voor Evangelistie’’ yang membentuk suatu yayasan” De Zendings Vereeniging”. Yayasan ini mengelola/mengasuh sebuah sekolah Kristen yakni Hollands Chineesche school met de Bijbel, sebagai pimpinan Sekolah ditunjuk Wenink Van Loon. Di samping itu, di Kota Te-manggung terdapat pula ya-yasan Zwakzinhigenzorg yg di-sponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut bergerak di bidang penampungan anak-anak terlantar yang mempu-nyai sebuah Panti Asuhan yang pimpinannya adalah suster M A Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata adalah sim-patisan Gereja Gerkan Penta-kosta yang diperkenalkan oleh John Bernard. Dalam waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua penginjil dari,” Bethel Tempel” dari Seatle Amerika Serikat yakni Pdt C E Grosbeck dan Pdt DR Van Klaveren, keduanya membawa serta keluarganya. Mereka tiba di pelabuhan Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada bulan Maret 1921. Langsung menuju ke Denpasar Bali, tapi waktu itu oleh pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk penginjilan sebab Pulau Bali telah dijadikan sebagai pulau wisata untuk menarik para pelancong dari luar negeri supaya boleh meningkatkan pendapatan keuangan dari pemerintah yang ada. Oleh karena itu kedua penginjil tadi tidak dapat berbuat banyak sekalipun sempat memberitakan injil di pulau dewata ini tapi hasilnya tidak menggembirakan. Dan pada bulan Desember 1922 keduanya berangkat menuju ke Surabaya. Di Surabaya mereka berpisah, Pdt Van Klaveren menuju Jakarta dan melayani dengan Pdt.J Thiessen. Sedangkan Pdt Groesbeck tetap di Surabaya dan giat mangadakan penginjilan (Camp Meetings) dan kebanyakan yang hadir di dalam camp meeting itu adalah pemuda-pamuda berdarah campuran Belanda Indonesia. (Ambon, Minahasa, Timor). Kemudian Pdt Groesbeck bertemu dengan Van Gesel seorang karyawan BPM di Cepu.Dan mereka bersama-sama bergabung pada persekutuan De Bond Voor Evangelisatie. Ibu Moeke Wynen salah seorang yang aktif pada organisasi ini, dan dialah memperkenalkan penginjil dari Seatle USA ini pada organisasi tersebut. De bond Voor Evangelisatie berpusat di Bandung dan pimpinannya adalah antara lain Wenink Van Loon. Pada tanggal 29 Maret 1923 tibalah di Cepu Rev Johannes Thiesen bersama Wenink Van Loon (pimpinan‚ De bond Van Evangelistie dari Bandung dan mengadakan kebaktian. Dan keesokan harinya adalah hari Jumat Agung (Goede Vrijdag) Tanggal 30 Maret 1923 diumumkan akan diadakan baptisan air di daerah pasar sore. Jumlah yang dibaptis pada waktu itu adalah 13 jiwa yang nama-nama mereka sbb: Jan Jeckel, Ny Jeckel, tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch C De Vriew, Tn Frits Salem Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP Lumoindong Vincentie. Mereka dibaptis oleh Pdt Thiessen dan Pdt Groesbeck, dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu Tanggal 29-30 Maret 1923 itu terjadi pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang mengikuti Kebaktian dan acara pembaptisan air. Papa Thiessen dan Wenink Van Loon kembali ke Bandung dan meneruskan pelayanan disana. Sedangkan dari Cepu Api Pentakosta terus menjalar dengan disertai kuasa dan mukjizat – mukjizat ke Surabaya dan hampir seluruh Jawa Timur. Para Pelopor aliran Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan mereka. Rev Johannes memilih Kota Bandung sebagai basis pelayanannya. Pada mula pelayanannya di Bandung Papa Thiessen menyewa gedung pangadilan negeri (Landraadzaal) sebagai tempat kebaktian, kemudian pindah ke temapat sekarang jl. Marjuk No. 11 untuk dibangun gedung gere-ja. Dengan pertolongan Tuhan berdirilah gereja (gedung) Pinkster Beweging yang perta-ma di Bandung.